Kesenian terebang gebes berasal dari daerah Bojongbentang, desa Tanjungkerta, kecamatan Pagerageung, Tasikmalaya. Terebang gebes sudah berumur kurang lebih 83 tahun. Orang yang mau bermain terebang gebes harus bisa membuat terebang gebes sendiri, karena tidak ada yang menjualnya. Terebang gebes kuat sampai puluhan tahun.
Bahan yang dipakai untuk membuat terebang gebes adalah pohon kelapa dan kulit kambing. Ukuran terebang gebes yamg paling besar adalah 1 m, sedangkan yang paling kecil 20 cm. Jumlah terebang gebes ada 11, mulai dari yang paling besar sampai paling kecil.
Ciri khas pemain terebang gebes, selalu memakai celana panjang berwarna hitam, baju koko warna putih, peci hitam, dan memakai sorban. Selain memegang terebang gebes, pemain juga melantunkan sholawat. Biasanya pemain terebang gebes adalah orang tua dan sudah mahir membaca Al - Qur'an. Terebang gebes berfungsi untuk mengiringi sholawatan.
Cara memainkan terebang gebes mengikuti irama lantunan sholawat. Terebang gebes biasanya dipertunjukan pada bulan maulid.
Terebang gebes mula - mula diperkenalkan oleh masyarakat Bojong-bentang pada tahun 1920. Asal kesenian ini dari Istambul, Turki. Menuru sejarah, pedagang Istambul berdagang sambil memperkenalkan kesenian ini ke masyarakat yang menjadi pelanggannya.
Pertama - tama dari India, lalu diperkenalkan ke masyarakat Indonesia. Masyarakat Bojongbentang kenal dengan terebang gebes dari masyarakat Cirebon, yang sengaja datang ke Pagerageung. Mereka sama seperti para pedagang yang menyebarkan agama Islam.
Masyarakat Bojongbentang yang mendirikan kesenian terebang gebes adalah Nain Kadir dan Kiai Ahyar. Lalu turun temurun sampai sekarang, kesenian ini masih tetap dipelihara.